Saat kalender menunjuk pada 19 Januari 1992, lahirlah seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Anggi Istiqomah. Dia anak kedua dari dua bersaudara keluarga pasangan Ade Surya (Alm) dan Titin Suratmi.
Sang ayah Ade Surya memang telah tiada. Pergi meninggalkan Anggi, kakak laki-lakinya dan Ibundanya saat usia Anggi baru berusia sekitar tiga tahun. Sang ayah wafat karena kecelakaan lalu lintas. Diapun tumbuh dewasa tanpa belaian sang ayah, dan hidup bertiga dengan ibunda dan kakak lelakinya. Walaupun Anggi anak bungsu tetapi ia tidak kelihatan seperti anak manja. Ia tetap tabah dan sabar menghadapi kenyataan dirinya sudah menjadi anak yatim dalam usia yang begitu belia. "Aku masih punya Ibu yang begitu aku sayangi dan banggakan," ujarnya.
Pertama kali saya dan Anggi ketemu, pada saat ospek jurusan komunikasi di Unisma Bekasi setahun lalu. Tadinya saya mengira dia itu kutu buku sebab dia menggunakan kaca mata yang begitu. Kami satu kelompok pada waktu Ospek, bersama seorang teman lelaki bernama Maulana. Kelompok kami bertiga saat Ospek itu diberi nama Bommer. Lucunya, dia saat itu dipanggil Bubul. Lho kok Bubul? Bukankah namanya Anggi?
Usut punya usut, ternyata itu nama panggilan Anggi saat chating di internet. ID pertama yang dia gunakan saat itu adalah bubbl3_girl. Dari situlah dia kemudian mendapat julukan Bubul. Awalnya mendengar nama tersebut saya merasa geli sendiri, karena nama Bubul sangat tidak umum dipakai anak perempuan. Tetapi Anggi sendiri tidak keberatan dipanggil Bubul yang dianggapnya panggilan kesayangan dari teman-teman dekatnya.
Yang jelas, usai Ospek dan seiring berjalannya waktu, saya dan Bubukl pun menjadi teman dekat. Kemana-mana, kami selalu bersama. Tak lama kemudian anggota "geng cewek" kami bertambah dengan masuknya Eva Danik dan Widiya. Kami selalu gokil-gokilan bareng dan sebagai mahasiswa tentu juga selalu belajar bareng pula. Berempat kami menjadi kelompok yang paling heboh dan rame.
Bubul juga gadis yang berani mandiri. Sejak kuliah, dia tidak lagi tinggal dengan orang tuanya sebab rumahnya jauh dari kampus. Sekarang, ini dia memilih tinggal indekost di bulak kapal yang letaknya lebih dekat dari kampus. Bubul yang saya kenal ini, orangnya gokil dan gaul. Dia juga amat menyukai lagu-lagu metal. Kalau menurut teman-teman yang lain, lagu kesukaan Bubul itu bikin pusing dan kuping sakit.
Bubul juga gadis yang berani mandiri. Sejak kuliah, dia tidak lagi tinggal dengan orang tuanya sebab rumahnya jauh dari kampus. Sekarang, ini dia memilih tinggal indekost di bulak kapal yang letaknya lebih dekat dari kampus. Bubul yang saya kenal ini, orangnya gokil dan gaul. Dia juga amat menyukai lagu-lagu metal. Kalau menurut teman-teman yang lain, lagu kesukaan Bubul itu bikin pusing dan kuping sakit.
Bubul itu penggila internet. Kalau dia sudah pegang netbook, maka HPnya suka tidak nyambung. Dia netbook dia sering banget main game, chatting, mengupdate status facebook dan twitteran dengan teman-temannya di dunia maya. Game favoritnya yang sering dimainkannya juga ada di facebook. Bubul sering lupa waktu kalau sudah main game di internet. Kadang mandipun suka lupa.
Gadis pemilik tubuh yang slim dengan tinggi kira-kira 150 cm ini saya kenal juga sebagai sosok yang tangguh dan humoris. Saat duduk di bangku SMA, Bubul pernah bercita-cita menjadi psikolog. Namun kini setelah diterima di jurusan Komunikasi Unisma, cita-citanya berubah. Dia ingin sekali menjadi fotografer. Dengan kulit sawo matang, rambut panjang, mata bulat dengan berat badan 39 kilogram, dia suka diledekin oleh teman-teman lain. "Hei Bul, kalau ada angin kencangan pegangan yang kuat ya? Takut terbang, hehehe ...."
Becanda saja. Tetapi begitulah Bubul. Satu hal lagi. Kepada saya, Bubul mengaku bahwa hewan yang paling ditakutinya adalah cicak. Dia juga benci pada polisi tidur, sebab polisi tidur sering mengagetkan dia. Polisi tidur itu sebutan untuk bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan pertanda memperlambat laju atau kecepatan kendaraan.
Sahabat saya ini menyukai warna-warna gelap tetapi dia takut kegelapan. Makanan kesukaan bubul itu makanan yang enak-enak kecuali jengkol dan pete. Sejak masih duduk di bangku sekolah, Bubul itu paling benci dengan pelajaran hitung-hitungan dan dia lebih suka dengan pelajaran hafalan. Mungkin itu sebabnya dia memilih masuk ke jurusan komunikasi.
Dalam komunitas Panglima, kami berdua sering diberi julukan Tim Hore. Alasannya teman-teman menganggap kami berdua paling rame dan heboh. Apa boleh buat. Kayak iklan salah satu produk di televisi : "Nggak ada Loe, nggak rame ...."
Penulis : Lia Deviyanti
Lia bisa melengkapi nama kakak laki-laki Bubul, juga cerita masa sekolahnya sebelum bertemu di kampus. Barangkali dengan menggali masa lalu ada cerita-cerita yang menarik untuk diungkapkan.
BalasHapus