Pages

Selasa, 29 Maret 2011

Indana Lazulfa Khaleda Rachman : Gadis Penikmat Kuliner

Indana Lazulfa Khaleda Rachman
Saya mempunyai teman baik di Kampus. Namanya cukup panjang yaitu Indana Lazulfa Khaleda Rachman. Gadis kelahiran Jakarta, 2 Februari 1993 ini penikmat kuliner yang baik. Dia senang sekali makan enak. Pendek kata berteman dengan Dina, berarti terjamin pula isi perut.

Dina, begitu panggilan akrabnya berdomisili di Cikarang, Jababeka bersama kedua orang tuanya. Dia melewati masa-masa sekolahnya secara normal. Dimulai dengan TK Al Ichwan, lantas setelah lulus melanjutkan sekolah dasar di SD Mekar Mukti 06, Jababeka. Sedangkan SMP dan SMA dia tempuh di lingkungan Pesantren Jatiwaringin, Pondok Gede. Begitu lulus SMA, diapun memilih Unisma sebagai tempatnya meraih gelar sarjana nanti.

Selama mengenalnya, Dina itu orangnya baik dan menyenangkan. Hanya saja saat pertama kali saya melihat dia, kesan saya adalah Dina ini orangnya acuh tak acuh. "Cuek banget sih anak ini," fikir saya ketika itu. 

Akan tetapi setelah saya sudah mengenalnya cukup dekat ternyata Dina tidak secuek yang saya duga. Orangnya ternyata seru dan heboh. Dalam keluarganya, Dina adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia masih memiliki dua orang adik lagi. Kalau di kampus, Dina senang sekali ngeledekin saya. 

Hanya saja, saya tak peduli bila diledek Dina. Maklumlah, dia sahabat saya dan mengerti pula bahwa dia hanya bercanda saja. Tidak serius. Tidak perlu diambil hati. Meskipun kami saling meledek, tak pernah saya marah padanya. Dengan sikapnya yang terkesan acuh tak acuh itu, aneh juga kalau ternyata dia senang sekali bercanda.

Bisa jadi, bilamana ada yang belum mengenal Dina lebih jauh lagi, pasti mengira dia gadis sombong. Tetapi tentu saja itu tidak benar. Latar belakang keluarganya yang relatif hidup berkecukupan juga tidak membuatnya pilih-pilih teman. Dia bisa bersikap baik dengan siapa saja. Dina juga tidak pelit. Kalau sakunya sedang penuh, dengan senang hati dia mentraktir teman-teman terdekatnya.

Selain itu, dia juga bisa diajak curhat dan dia selalu berupaya  memberi solusi kepada saya. Walaupun terkadang solusinya suka tidak tepat dengan apa yang saya sedang rasakan. Namun saya tetap menghargainya. Kalau meleset ya paling-paling cuma kita jadikan sebagai bahan becanda. 

Ada satu sifatnya yang belum bisa dibuangnya. Terkadang Dina mudah sekali ngambek, apalagi kalau keinginannya tidak terpenuhi. Atau segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi saya sudah hafal. Bila dia sudah ngambek, maka saya acuhkan saja, soalnya nanti juga selesai dengan sendirinya.


Penulis : Annisya Dewi Kurnia.

1 komentar:

  1. Perhatikan huruf besar, huruf kecil. Juga kalimat dibuat jangan panjang-panjang ya? Okay sudah saya edit, silahkan penulis membandingkan tulisan ini dengan tulisan yang sudah dibuat.

    BalasHapus