Tugas seorang pimpinan dalam sebuah unit memang tidak mudah. Tugasnya dalam memimpin dan mengorganisasikanstafnya terkadang membuat seorang pemimpin terpaksa bersikap otoriter demi tercapai target yang telah ditentukan.
Andi wahyuna, S.Pd, yang kami temui di kantornya merupakan wakil kepala terminal bekasi. Bapak berusia 50 tahun ini, bertugas emmbantu kepala terminal dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, ia pun bertugas menjalankan kebijakan yang dibuat oleh kepala unit dan dinas perhubungan, lalu melaporkan hasil lapangan kepada kepala terminal. Pronsipnya dalam menjalankan tugas sebagai wakil kepala unit dan PNS adalah bekerja maksimal. salah satu harapannya kepada dinas perhubungan adalah memperbaiki fasilitas dan menambah lahan terminal agar suasana sumpek dan kumuh dapat sirna. “hal ini sudah disampaikan, namun memang butuh waktu lama untuk mewujudkannya berkaitan banyak dana yang harus diturunkan.
Figurnya sebagai atasan, dipandang baik olehpara stafnya. “ia adalah figure ayng disegani danbijaksana dalam memimpin.” Ujar salah seorang kasub operasional dan ketertiban. Hubungan antara beliau dan para stafnya terjali baik tidak ada satu pun gambaran buruk dari sosok bapak dengan tiga anak ini. Cara beliau dalam mengatur stafnya melalui pendekatan personal. Dengan begitu, ia akan mudah mengontrol para stafnya dalam bekerja.
Tutran sama disampaikan oleh slah seorang staf retribusi. Semua paparan beliau bersifat positif mengenai atasan tersebut. Namun, ketika disinggung mengenai harapan atas pekerjaannya, ia menyampaikan bentuk kekecewaannya pada atasan. Kekecewaannya yang merasa tidak diperhatikan, tentu bertolak belakang dengan apa yang disampaikan olehnya diawal tadi dan juga opini staf lainnya. Paparan dan mimic muka menunjukkan bahwa yang telah mereka sampaikan adalah benar. Pendapat staf retibusi itu telah mematahkan semua argumen sebelumnya.
Satu fakta lain yang telah membuka segala keganjilan yang ada adalah sikap dari wakil kepala terminal itu sendiri. Ketika diawal wawancara, ia mengantarkan kami kesuatu ruangan dimana di dalamnya terdapat staf lai yang tengah duduk santai sambil bersenda gurau. Di tempat inilah proses wawancara dilakukan. Ketika wwancara berlangsung, ternyata seorang staf yang lebih aktif menjawab pertannyaan kami. Staf itu terkesan menutupi keburukan atasannya. Kesan ini kamitangkap ketika kami mempertannyakan mengenai persoalan kinerjanya. Dari sinilah kami menyadari bahwa tujuan kami dibawa keruangan itu adalah beliau ternyata takut dengan kedatangan kami. Beliau terkesan meminta ditemani atau berharap mendapat pembelaan jika kami menanyakan suatu hal yang agak menyentil hatinya. Terbukti ketika kami benrtanya seputar kinerja beliau. Tiba-tiba staf itu langsung menjawab pertannyaan kami. Pertannyaannya benar-benar positif. Diawal tad telah disampaikan bahwa wakil kepala terminal ini adalah sosok yang disegani dan bijaksana. Kembali hal yang bertolak belakang ditunjukkan olehnya. Sikapnya yang nervous dan gugup ketika kami Tanya, tidak menunkukkan sikap tegas seorang pemimpin dan sosok yang memang pantas untuk disegani.
Sosok yang ia tunjukkan ini mengingatkan saya dengan presiden RI. Bapak Susilo Bambang yudoyono. Seorang presiden dengan sosok yang dikagumi dan berkarisma dimata terlebih dimata ibu-ibu. Namun, dalam kinerjanya yang lamban dan terlalu takut bertindak membuat bawahannya lebih berani mengacaukan kebijakannya. (dela visa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar